Belum lama ini, dunia kembali dikagetkan dengan munculnya virus yang mirip dengan demam berdarah. Oropouche bahkan telah menyebabkan dua kasus kematian di Brasil.
“Para wanita dari negara bagian Bahia di timur laut Brasil itu berusia di bawah 30 tahun, tanpa penyakit penyerta, tetapi memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kasus demam berdarah yang parah,” kata Kemenkes Brasil dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.
Pada tahun ini, Brasil mencatat 7.236 kasus Oropouche. Terbanyak berada di negara bagian Amazonas dan Rondonia.
Berikut sejumlah fakta terkait Virus Oropouche yang dirangkum dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC Amerika Serikat (AS), Rabu (31/7/2024):
1. Gejala Virus Oropouche
CDC mencatat gejalanya mirip seperti penyakit gejala demam berdarah, cikungunya, Zika, atau malaria.
Gejala umum orang yang terkena Oropouche mulai dari demam mendadak, sakit kepala parah, menggigil, nyeri otot, dan nyeri sendi. Selain itu juga ada yang berupa kepekaan pada cahaya, pusing, nyeri di belakang mata, mual, muntah dan ruam.
Gejala ini akan berlangsung sekitar 2-7 hari. Berikutnya akan muncul lagi beberapa hari hingga berminggu-minggu kemudian.
Kebanyakan kasus akan pulih setelah beberapa hari hingga satu bulan. Namun ada juga yang akan berkembang menjadi penyakit seperti meningitis, radang otak atau pendarahan.
CDC juga mencatat beberapa kasus di Brasil menunjukkan adanya penularan dari orang hamil kepada janinnya. Namun belum diketahui apakah akan berdampak buruk pada bayi dalam kandungan.
2. Penyebab dan Pencegahan Virus Oropouche
Virus Oropouche akan menyebar pada manusia salah satunya melalui gigitan nyamuk penggigit yang terinfeksi (culicoides paraensis). Untuk mencegah tertular dari virus ini, pastikan Anda dan orang sekitar tidak tergigit oleh hewan-hewan yang membawa virus.
3. Pengobatan Jika Terkena Virus Oropouche
CDC melaporkan belum ada obat untuk mengobati penyakit ini. Namun gejalanya bisa diatasi dengan beberapa hal seperti istirahat, meminum cairan mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi obat pereda nyeri termasuk untuk menurunkan demam.
Pada beberapa kasus yang lebih parah, perawatan medis atau rawat inap mungkin diperlukan. CDC juga melarang mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi nonstereoid (NSAID) hingga penyakitnya bisa dihilangkan, untuk mengurangi risiko pendarahan.