Menuju PD 3, Ukraina Serang Rusia dengan Rudal Storm Shadow Inggris

Rudal jelajah Storm Shadow buatan salah satu negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Inggris, menjadi perbincangan usai diduga menewaskan jenderal Rusia Sergei Goryachev. (AP/CPL PAUL SAXBY)

Ukraina telah menembakkan rudal Storm Shadow buatan Inggris ke Rusia untuk pertama kalinya, Rabu (20/11/2024). Hal ini terjadi setelah sekutu Inggris, Amerika Serikat (AS), juga memberikan izin serupa kepada Kyiv.

Video yang diunggah ke media sosial dan diedarkan oleh blogger perang pro-Rusia menunjukkan bahwa hingga 12 rudal menghantam target yang diyakini sebagai markas komando di desa Maryno. Media Ukraina melaporkan bahwa situs tersebut mungkin telah digunakan oleh perwira Korea Utara (Korut) dan Rusia.

Gambar, yang belum dikonfirmasi, tersebar melalui aplikasi perpesanan Telegram yang menampakan pecahan rudal di suatu lokasi di wilayah Kursk. Seorang pakar senjata, Trevor Ball, yang sebelumnya bekerja di Angkatan Darat AS, mengatakan gambar yang beredar memang memperlihatkan pecahan Storm Shadow.

Tidak ada konfirmasi resmi dari Inggris. Namun, Menteri Pertahanan John Healey tampak mengisyaratkan perkembangan saat ia berbicara kepada DPR saat laporan serangan di Kursk mulai beredar. Ia juga berbicara dengan mitranya dari Ukraina, Rustem Umerov, baru-baru ini.

“Selama beberapa minggu terakhir, kami telah melihat perubahan signifikan dalam tindakan dan retorika di Ukraina, dan tindakan Ukraina di medan perang berbicara sendiri,” ungkap Healey dikutip The Guardian.

Hal ini menandai perubahan cepat dalam hubungan Inggris-Ukraina, menyusul keluhan bahwa Kyiv frustasi oleh penolakan London untuk memasok Storm Shadow baru. Inggris dikatakan tersengat oleh kritik tersebut dan keluhan itu diyakini telah berkontribusi pada perubahan keputusan Negeri Big Ben untuk memberikan izin.

Rudal Storm Shadow sendiri rudal jelajah Anglo-Prancis dengan jangkauan maksimum sekitar 155 mil (250 km). Sejauh ini, rudal itu telah digunakan untuk menyerang target Rusia di Krimea, termasuk markas besar angkatan laut armada Laut Hitam Rusia. Rudal tersebut berguna untuk penargetan bunker dan gudang amunisi secara presisi.

Sehari sebelum penggunaan rudal ini, Ukraina juga telah menggunakan rudal buatan AS, ATACMS, untuk membombardir wilayah Rusia. Ini juga diluncurkan setelah Washington merestui penggunaan senjata tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa penggunaan rudal buatan AS dan Inggris di dalam perbatasan Rusia sama saja dengan keterlibatan langsung NATO dalam konflik itu. Bahkan Putin telah merevisi doktrin nuklirnya yang juga menyebut bahwa negara yang membantu musuh Moskow untuk menyerang Rusia juga dapat menjadi target sah senjata nuklir.

Meski begitu, peneliti senior di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Royal United Services Institute di Inggris, Jack Watling, mengatakan penggunaan rudal jarak jauh Barat ke wilayah Rusia ‘tentu saja tidak akan’ memicu respons nuklir Moskow seperti yang ditakutkan sebagian pihak di Barat.

“Namun Rusia dapat meningkatkan berbagai cara untuk mengenakan biaya kepada Barat, mulai dari sabotase bawah laut hingga penggunaan proksi untuk mengganggu perdagangan di Bab Al Mandab selat di lepas Laut Merah tempat serangan terhadap pengiriman barang dikaitkan dengan pemberontak Houthi Yaman,” ujarnya kepada Associated Press.

Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*