Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa 2024 merupakan tahun yang berat untuk mengumpulkan penerimaan pajak.
Penerimaan pajak sampai Oktober 2024 masih sebesar Rp 1.517,5 triliun atau 76,3% dari target tahun ini Rp 1.988,9 triliun. Realisasinya pun lebih rendah 0,4% dari capaian per Oktober 2023 yang sebesar Rp 1.523,9 triliun.
“Tahun ini memang tahun yang sangat berat dengan pertumbuhan pajak yang negatif sebab harga harga yang dari CPO, kemudian dari batu bara, mengalami penurunan,” kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Meski begitu, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu memastikan, target penerimaan pajak pada tahun ini yang sebesar Rp 1.988,9 triliun masih berpotensi tercapai.
“Kami akan memantau dan memastikan proyeksi sampai akhir tahun minimal capai target sampai akhir tahun,” tegas Anggito.
Anggito mengatakan, optimisime ini didasari pada tren penerimaan pajak akhir tahun yang biasanya bisa cepat terkumpul di kisaran 20%. Berdasarkan jenis pajaknya pun ia katakan rata-rata telah terkumpul di atas 70%.
Pajak penghasilan (PPh) non-migas misalnya yang sudah terkumpul Rp 810,76 triliun atau 76,24% dari target. Lalu, PPh migas Rp 53,70 triliun atau 70,31% dari target.
Untuk PPN dan PPnBM telah terkumpul Rp 620,42 triliun atau 766,47% dari target dan PBB atau pajak lainnya senilai Rp 32,65 triliun atau 86,52% dari target.
“Ini memang siklusnya yoy (year on year) itu kurang lebih 20% pada akhir tahun nanti bisa tambahannya bisa dicapai,” ucap Anggito.