Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, meninggal dalam serangan udara Israel di Beirut, Lebanon. Militer Israel menggunakan bom seberat 80 ton yang dirancang untuk menghancurkan bunker.
Lantas, bagaimana Israel bisa melacak lokasi Nasrallah? Dikutip dari New York Post, Senin (30/9/2024) pembunuhan Nasrallah merupakan hasil dari operasi intelijen Israel.
Berkat peretasan dan upaya mata-mata selama beberapa tahun terakhir, intelijen Israel mampu melacak pergerakan Nasrallah.
Sebelumnya, Israel sudah beberapa kali mencoba membunuh Nasrallah selama perang tahun 2006. Sejak itu, Direktorat Intelijen Militer Israel (Aman) fokus untuk melakukan penetrasi ke Hizbullah.
Negara Yahudi mendapat terobosan besar pada tahun 2012 ketika Hizbullah mengerahkan pasukannya ke Suriah untuk membantu sekutunya, Presiden Bashar al-Assad, dalam memadamkan pemberontakan.
Mantan pejabat intelijen Israel dan politisi Lebanon mengatakan kepada FT bahwa pertempuran di Suriah mengungkap banyak informasi dari kelompok militan tersebut. Sebab, Hizbullah terus-menerus menerbitkan informasi tentang para pejuangnya yang terbunuh dan mengungkapkan informasi pribadi mereka.
“Mereka berubah dari kelompok yang sangat disiplin dan puritan menjadi kelompok yang lebih longgar,” kata Yezid Sayigh, peneliti senior di Carnegie Middle East Center, kepada outlet tersebut.
“Rasa berpuas diri dan arogansi disertai dengan perubahan keanggotaan, membuat mereka mulai menjadi lunak,” ia menambahkan.
Data-data itu memungkinkan Israel untuk mengumpulkan profil-profil anggota Hizbullah, termasuk para petinggi yang hadir dalam pemakaman para pejuangnya.
Setelah mempersempit target, Israel mulai meretas Hizbullah dan melancarkan aksi mata-mata untuk melacak pergerakan operasinya. Bahkan, informasi yang didapatkan kerap berasal dari ponsel istri-istri anggota Hizbullah.
Mata-mata Israel juga menyematkan kamera di beberapa wilayah di Lebanon untuk melacak pergerakan mobil anggota Hizbullah. Alhasil, Israel mampu mengetahui rutinitas kelompok tersebut.
Pada hari pembunuhan Nasrallah, Israel mendeteksi sang pemimpin itu sedang menuju bunker kontrol dan pengawasan Hizbullah.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kala itu sedang berada di New York untuk menyampaikan pidato di PBB. Penyerangan terhadap Nasrallah sendiri sudah direncanakan selama beberapa bulan.
Serangan itu adalah salah satu yang paling besar di Beirut dan berdampak pada 6 gedung di sekitar markas Hizbullah.
Netanyahu menyebut kematian Nasrallah sebagai sejarah baru di tengah eskalasi konfil antara Israel dan Hizbullah.
“Nasrallah bukan hanya sekadar teroris biasa, dia adalah teroris sebenarnya,” kata Netanyahu.
“Selama dia masih hidup, dia akan dengan cepat membangun kembali kapabilitas Hisbullah yang telah kami rampas,” ia menuturkan.