Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) meyakini rupiah akan kembali menguat setelah tertekan dalam sepekan terakhir. Kini dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.450.
Demikianlah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua KSSK saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/10/2024).
“Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus mengalami penguatan sejalan dengan menariknya imbal hasil, inflasi Indonesia yang rendah dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik,” ujarnya.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Pergerakan rupiah menjadi alasan suku bunga acuan atau BI rate ditahan pada level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) beberapa hari lalu.
“Fokus kami nilai tukar rupiah,” ungkap Perry pada kesempatan yang sama.
Nilai tukar Rupiah hingga 15 Oktober 2024 melemah sebesar 2,82% (ptp) dari bulan sebelumnya. Pelemahan nilai tukar tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan ketidakpastian global akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar Rupiah terdepresiasi hanya sebesar 1,17%, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Dollar Taiwan, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 4,25%, 4,58%, dan 5,62%.
BI memantau pergerakan rupiah dengan hadir di pasar. Langkah operasi moneter siap dilakukan sesuai kebutuhan, baik intervensi pada spot, DNDF maupun Surat Berharga Negara (SBN). Termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.