Kisah Hidup Hamzah Haz, Wartawan yang Jadi Wakil Presiden RI

Foto: AS

Wakil Presiden Indonesia ke-9, Hamzah Haz, meninggal dunia di usia 84 tahun, Rabu (24/7/2024). Hamzah Haz menghembuskan napas terakhir karena faktor usia. Beliau disemayamkan di kediamannya di Matraman, Jakarta, dan dimakamkan di kawasan Bogor, Jawa Barat. 

Di panggung politik, Hamzah Haz sudah tergolong nama besar. Sebab dirinya pernah menjadi ketua umum partai Islam terbesar di Indonesia di masa Orde Baru, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Wakil Presiden pendamping Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001-2004. 

Kendati punya reputasi baik sebagai politisi, Hamzah Haz memulai kariernya di dunia jurnalistik. Setelah tamat SMA di Pontianak, Kalimantan Barat pada 1957, dia lebih memilih berprofesi sebagai wartawan dengan bekerja di koran lokal, Bebas. Diketahui secara spesifik dia bertugas menjadi wartawan investigasi. 

Akan tetapi, kariernya di sana tak lama. Dia harus pindah ke Yogyakarta untuk ikut orang tua. Namun, pada 1965 dia kembali lagi ke Pontianak dan bekerja lagi sebagai wartawan penuh waktu. 

Dalam otobiografi berjudul Hamzah Haz: dari Ketapang menuju istana (2004), dia mengungkapkan rasa bangga menjalani profesi sebagai wartawan di saat banyak teman temannya memilih bekerja di bank.

Baginya, menjadi wartawan bisa lebih dekat dengan semua lapisan masyarakat, sehingga bisa mengetahui permasalahan sebenarnya di lapangan. Kariernya sebagai wartawan muda mencapai puncak saat dirinya di usia 20-an tahun didapuk sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Pontianak. 

Bersamaan dengan pekerjaannya, Hamzah diketahui juga aktif berorganisasi. Dia menjadi aktivitas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Konsulat Pontianak.

Berkat ini dia sukses terjun ke politik praktis usai terpilih menjadi anggota DPRD Kalimantan Barat mewakili Partai Nadhatul Ulama. Karier Hamzah sebagai politisi terbilang cukup mentereng dan melesat cepat.

Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, dia sudah terpilih menjadi anggota DPR dapil Kalimantan Barat pada 1971. Dari sini, kariernya terus menanjak hingga menjadi ketua fraksi PPP di DPR dan ketua umum PPP di tahun 1998.

Di masa peralihan dari Orde Baru ke Reformasi, Hamzah Haz jadi salah satu politisi yang disorot dan diperhitungkan. Sebab, dia mengomandoi partai Islam terbesar saat itu. Dia cukup dekat dengan tokoh NU, Abdurrahman Wahid.

Dari kedekatan tersebut, dia dipercaya menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan di kabinet Presiden Abdurrahman Wahid. Namun, dia tak lama menjabat menteri. Hanya 22 hari.

Pewartaan Tempo (21 November 1999) menyebut, pengunduran diri disebabkan karena diri dari Kabinet Persatuan karena ingin fokus mengelola PPP, meskipun saat itu banyak kontroversi terkait jabatan dirinya. 

Hamzah Haz baru merapat lagi ke lingkar kekuasaan tatkala dicalonkan sebagai kandidat wakil presiden mendampingi Megawati yang baru naik jabatan dari wakil presiden menjadi presiden. Di sidang MPR pemilihan wakil presiden, Hamzah harus bersaing dengan nama-nama beken, seperti Akbar Tandjung (Golkar), SBY (ABRI), dan Siswono Yudhohusono. 

Saat itu, dia mengaku tak mungkin bisa menang. 

“Itu urusan Allah, kalau dipikir secara akal kan tidak mungkin,” kata dia, kepada detikcom, pada 2015. 

Akan tetapi, takdir berkata lain. Hamzah Haz kemudian didukung fraksi ABRI dan PDIP hingga terpilih menjadi wakil presiden setelah meraih 340 suara. Sementara saingan terberatnya, Akbar Tandjung, memperoleh 237 suara. Pada 26 Juli 2001, dia akhirnya dilantik menjadi Wakil Presiden ke-9, karier tertingginya yang tak mungkin dibayangkan sebelumnya sebagai wartawan. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*