Pimpin Rapat Perdana, Bahlil Minta RUU EB-ET Bisa Cepat

Serah terima jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM) dari Arifin Tasrif ke Bahlil Lahadalia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Serah terima jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM) dari Arifin Tasrif ke Bahlil Lahadalia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memimpin sekaligus memberikan arahan pada rapat pimpinan (Rapim) di lingkungan Kementerian ESDM yang diselenggarakan di Ruang Sarulla Gedung Chairul Saleh, Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, Selasa (20/8/2024). Ini merupakan rapat perdana Bahlil sebagai Menteri ESDM.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Eniya Listiani Dewi mengatakan, di dalam rapat tersebut, terdapat beberapa arahan yang diberikan oleh Bahlil selaku Menteri ESDM yang baru. Salah satunya terkait percepatan penyelesaian rancangan undang-undang energi baru dan energi terbarukan (RUU EB-ET).

“Tadi itu masalah undang-undang. RUU (EBET) ini harus segera diselesaikan. Ini masih belum terjadwalkan untuk sidang lagi kan. Itu yang tadi beliau (Bahlil) juga meminta itu dipercepat,” ujar Eniya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (20/8/2024).

Selain itu, Bahlil juga meminta agar pengembangan bioenergi sebagai sumber energi terbarukan (EBT) dapat menjadi prioritas. Bahkan program mandatori biodiesel yang saat ini baru 35% (B35) dapat digenjot hingga B60. Adapun, saat ini Kementerian ESDM tengah menyiapkan program mandatori biodiesel B40.

“Tapi kajian ini tadi saya menyampaikan bahwa kita sudah melakukan kajian B50. Dimana kemarin kan Pak Mentan juga sudah soft launching untuk B50 dan tadi diarahkan untuk bukan hanya B50 saja, bisa juga ke B60,” katanya.

Sebelumnya, Eniya memprediksi pengembangan EBT di Indonesia akan semakin marak setelah 2030. Dimana puncak emisi karbon di Indonesia ditargetkan dapat tercapai pada periode tersebut.

Menurut dia, sembari menggenjot penggunaan energi bersih, pemerintah saat ini akan mengakselerasi penggunaan gas bumi terlebih dahulu untuk mendorong pertumbuhan industri. Ia pun optimistis setelah 2030, harga dari sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ke depan akan semakin murah.

“Jadi kita harapkan akselerasi renewable energy-nya akan bisa terangkat di after 2030. Tapi sebelum itu pun kita harus berusaha masuk ya,” katanya dalam acara Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, Kamis (4/7/2024).

Oleh sebab itu, diharapkan RUU EB-ET bisa tuntas sebelum masa pemerintahan Presiden RI Jokowi selesai. Sehingga dapat memfasilitasi para pengusaha yang terjun ke bisnis EBT di Indonesia.

“Mudah-mudahan nanti kalau rencana undang-undangnya sudah bisa goal tahun ini, akan banyak insentif yang bisa kita dapatkan untuk renewable energy. Paling nggak ditabung dulu carbon-nya ya, kita nunggu trading carbon untuk bisa ada secepatnya,” tambahnya.

togel2win

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*